Renungan Harian

Renungan Harian 05 Mei 2024

Bacaan Liturgis – Hari Minggu Paskah VI, 05 Mei 2024

  • Bacaan Pertama: Kisah Para Rasul 10:25-26.34-35.44-48

  • Mazmur Tanggapan: Tuhan telah menyatakan keadilan-Nya di hadapan para bangsa.

  • Ayat Mazmur Tanggapan: Mzm 98:1.2-3ab.3cd-4

  • Bacaan Kedua: 1 Yohanes 4:7-10

  • Ayat Bait Pengantar Injil: Siapa yang mengasihi Aku akan menuruti firman-Ku; Bapa-Ku akan mengasihi dia, dan Kami akan datang kepadanya. Alleluya.

  • Bacaan Injil: Yohanes 15:9-17

Renungan Singkat : Berdoa, Beribadah dan Bersahabat

Saudari dan saudara yang dikasihi Tuhan, menjadi sahabat orang baik pasti menyenang-kan. Akan tetapi, pasti lebih menyenangkan lagi apabila kedua belah pihak adalah orang baik dan saling bersahabat. Kalaupun salah satu pihak belum menjadi orang yang baik namun kalau ia terus-menerus bersahabat dengan orang yang baik, maka ia akan mengalami suatu transformasi diri; dirinya akan berubah menjadi orang yang baik.

Orang bijak berkata, “Siapa bergaul dengan orang bijak menjadi bijak, tetapi siapa berteman dengan orang bebal menjadi malang” (Ams 13:20). Orang bijak ini berbicara tentang dampak sebuah pergaulan. Jika orang bergaul dengan orang bijak, ia akan terbentuk dan terpengaruh oleh kehidupan orang bijak itu sehingga pelan-pelan dia akan menjadi orang bijak. Ini dampak positif dari sebuah pergaulan dengan orang bijak. Hidup yang demikian tentu berkenan di hati Allah.

Jika orang bergaul dengan orang baik, santun, rajin berdoa dan beribadah, maka dirinya juga akan terbentuk dan terpengaruh sehingga pelan-pelan dia akan menjadi orang yang baik, santun, rajin berdoa dan beribadah. Sebaliknya, jika orang bergaul dengan anak yang nakal, kasar, malas, suka minum-minuman keras, maka dia akan terbentuk dan terpengaruh oleh gaya hidup sehari-hari yang tidak baik, sehingga ikut menjadi anak yang nakal, kasar, malas, suka minum-minuman keras dan sebagainya. Hidup yang demikian ini tentu tidak berkenan kepada Allah.

Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan, Yesus datang ke dunia sebagai Pribadi yang penuh kuasa. Ia mau bergaul dan bersahabat dengan orang-orang berdosa bahkan makan bersama dengan mereka, tanpa Dia sendiri terpengaruh oleh dosa-dosa mereka. Dengan bergaul bersama orang-orang berdosa, Dia sendiri tidak menjadi berdosa. Sebaliknya, Dia mau memberi pengaruh positif bagi lingkungan-Nya. Ia mau supaya siapa pun bergaul dengan-Nya bisa mengalami kasih Allah, Bapa yang mengutus-Nya, dan lebih dari itu, mengalami keselamatan. Itu misi Yesus (bdk. Mat 1:21).

Itulah sebabnya, dalam Injil hari ini Yesus berkata, “Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu. Aku tidak lagi menyebut kamu hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya. Tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku. Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu” (Yoh 15:14-16a).

Menjadi sahabat Yesus, bukanlah maunya kita atau pilihan kita. Menjadi sahabat Yesus adalah kehendak Yesus sendiri; Dialah yang memilih kita. Dia tidak takut mendekati kita, bergaul dengan kita, bersahabat dengan kita, karena Dia tidak akan terpengaruh oleh kita, juga oleh dosa-dosa kita. Sebaliknya, Dia bergaul dan bersahabat dengan kita, karena Dia punya misi, Dia ingin memengaruhi hidup kita sehingga kita mengenal Yesus dan kasih-Nya bahkan bukan hanya mengenal tetapi juga mengalami kasih-Nya yang tidak lain adalah kasih yang dari Bapa-Nya.

Hanya kalau kita sudah mengalami kasih Yesus, yang adalah kasih yang dari Bapa, maka kita bisa melakukan apa yang Yesus perintahkan, yakni saling mengasihi seperti Dia telah mengasihi kita (ay. 12 dan 17). “Betapa sangat baiknya bagi kita saling mengasihi, apa pun yang terjadi. Ya, apa pun yang terjadi!” Kata Paus Fransiskus dalam Seruan Apostolik Evangelii Gaudium (No. 101). Namun, kita tidak bisa saling mengasihi kalau kita tidak punya kasih. Menarik bahwa Injil hari ini dibingkai oleh perintah Yesus supaya saling mengasihi (ay. 12), atau mengasihi seorang akan yang lain (ay. 17).

Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan, saling mengasihi adalah karakter dasar orang-orang yang menyebut diri sebagai sahabat dan bersahabat dengan baik dalam kesehariannya. Oleh sebab itu, kita yang telah diangkat martabat kita, bukan lagi hamba, melainkan sahabat, mari kita tidak lagi egois, sibuk dengan diri sendiri dan mementingkan diri sendiri (bdk. 1Kor 13:5). Mari kita selalu meluangkan waktu buat Sahabat kita yang sejati, Yesus, yang tidak punya pamrih apa pun selain agar kita beroleh selamat.

Maka, meluangkan waktu untuk berdoa adalah kesempatan terbaik kita untuk ada bersama Dia, Sahabat sejati kita. Berdoa, beribadah dan bersahabat adalah aktivitas sahabat-sahabat Yesus. 

[RP. A. Ari Pawarto, O.Carm.]